Tuesday, November 29, 2011

Marit Larsen’s Spark: Showcasing Quality of A Pop Queen

Marit Larsen by Ralph Gunthner

Akhirnya tiga tahun setelah album terakhirnya The Chase (2008), Marit Larsen kembali merilis album studio terbarunya 18 November lalu. Album yang diberi judul Spark tersebut berisi 10 buah lagu yang masih menceritakan semua pengalaman pribadinya. Khusus untuk penulisan album ke tiganya ini, Marit menghabiskan waktu selama delapan bulan di New York untuk menemukan lingkungan penulisan lagu yang lebih segar serta terisolasi. Tema mengenai perpisahan cukup mendominasi di album ini seperti yang dapat didengar dalam lagu “I Can’t Love You Anymore”. Lagu dengan iringan gitar dan drum yang terasa minimalis di bagian verse-verse awal dan refrain dengan permainan gitar listrik di bagian interlude dan diakhiri dengan cara yang indah. Liriknya yang ditulis bersama Teitur, seorang pemusik asal Kepulauan Faroe, cenderung sangat jujur dan mengena, “You had your chance, you lost my patience, I can’t love you anymore”. Besar kemungkinan dia terinspirasi oleh perpisahan dia dengan kekasihnya, Thom Hell, yang juga merupakan seorang pemusik, namun Marit selalu menyangkal hal ini. 

Sebagai single pertama dipilih lagu “Coming Home” yang bercerita tentang kebahagiannya saat menatap mata seseorang yang istimewa di hatinya, “The most magical thing that I’ve known, one look in your eyes and I’m sinking. And it feels like coming home”. Berbeda dengan single terdahulunya “If A Song Could Get Me You”, “Coming Home” terasa lebih lepas, lebih pop, dan lebih dominan permainan gitarnya sepanjang lagu. Asal tahu saja, selama menyepi di New York, Marit Larsen lebih banyak menciptakan karya baru dengan gitar dan jika ingin bermain piano dia harus ke rumah teman atau pergi ke toko alat musik. Salah satu lagu yang didominasi piano adalah “Don’t Move” yang merupakan salah satu lagu terbaik di album ini. Dalam lagu ini selain piano, permainan string yang cantik juga dapat didengar. Marit Larsen cukup terobsesi dengan string agaknya termasuk dalam penggarapan album ini di mana dia memakai tujuhbelas buah string. Lagu berikutnya yang saya amat sukai adalah “What If” yang dibuka dengan hentakan drum yang ringan namun sungguh sangat menggoda. Permainan string dan permainan gitar listrik yang jenius pada bagian bridge solo instrumental sangat penuh intrik perlahan-lahan memuncak dan hilang tergantikan oleh permainan piano solo. Efek drama berhasil diraih begitu Marit mulai menyanyikan lirik provokatif “Now that I know who you are. I almost wish that I’d never met you. How incredibly sweet. This has proven to be. You put all your trust in me. I’M YOURS INDEFINITELY” sebelum akhirnya jeda sejenak untuk masuk bagian refrain lagi. 

Lagu lain yang layak didengarkan adalah dua lagu terakhir yaitu “Fine Line” dan “That Day”. Dalam lagu “Fine Line” permainan piano dan harmonika dan lagi-lagi string menyatu dan diakhiri dengan kolisi instrumen yang benar-benar indah dalam cara yang tak terpikirkan, “It’s a fine line, it’s a fine line” diulang sebanyak lima kali dalam melodi yang mencekam sebelum akhirnya lepas kembali ke nada awal “It’s a fine line between love and hate. You ran away with my favourite song” dan berakhir. Lagu “That Day” hadir dengan dominasi gitar akustik serta lirik yang bercerita tentang awal mula dimulainya sebuah kisah cinta sebelum akhirnya saat ini berakhir, “I wish I could go back to that day...”. Lagu yang sedih. Namun secara keseluruhan Marit Larsen dan produsernya Kåre Christoffer Vestrheim sekali lagi menyuguhkan musik pop yang original dengan balutan yang pararel dengan dua album terdahulunya, hanya saja kali ini lebih bersinar dalam hal penggarapan musik, variasi, serta penulisan lirik yang bagus. Semoga pemusik yang jenius ini dapat segera melebarkan sayap ke Amerika ataupun ke Asia Tenggara yang dulu merupakan kantong fans terbesar dari M2M. Apalagi Marit Larsen tahun ini dianugerahi 900000 kroner Norwegia untuk tiga tahun dari Musik Export Norway guna memuluskan ekspansinya ke luar Norwegia. (Depe)

5 comments:

ipin said...

wah,,keluar juga yang baru..
nice post gan..

dianprakoso said...

@Ipin: ngikutin perjalanan karir Marit Larsen juga?

ipin said...

hehe, iya gan.
musiknya enak di denger. walau hampir semua lirik2-nya subjektifitas cewe.
hehe

salam kenal gan..

dianprakoso said...

Salam kenal juga gan.

PenyendiriDulu said...

Nyimak gan... Musisi yg satu ini bagus kog. Kapab ya sesekali duet ama pasangan yg dulu(marion)