Saturday, March 20, 2010

Pengalaman Berumrah ke Tanah Suci

Alhamdulillah saya berkesempatan melakukan umrah ke tanah suci pada 10-18 Maret lalu. Thanks to mom who came along with me on the journey, I’d never have considered doing this without you! My appreciation also goes to Shafira for being our great travel agency and for their assistance. Perbedaan antara ibadah haji dan umrah terletak pada waktu dan manasiknya. Umrah dapat dikerjakan sepanjang tahun, sedangkan haji hanya boleh dikerjakan pada bulan-bulan tertentu. Manasik umrah meliputi: 1. Ihram; 2. Thawaf; 3. Sa’I; 4. Tahallul yang kesemuanya harus dilaksanakan secara tertib dan berurutan. Sedangkan manasik haji masih ditambah dengan wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, lempar jumrah dll yang pastinya lebih rumit dan memakan waktu lebih panjang(1).

Pada umumnya kegiatan ibadah maupun umrah berpusat pada tiga kota di Kerajaan Saudi Arabia. Jeddah, sebagai pintu gerbang utama karena lokasinya berbatasan dengan laut dan memiliki lapangan terbang internasional bernama King Abdul Aziz, selain itu jaraknya yang dekat dengan Mekkah (± 73 km) membuat kota ini semakin strategis. Madinah, as a birthplace of Islam, kota suci ke dua umat Islam sekaligus tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkam. Mekkah, sebagai puncak pelaksanaan ibadah karena di sinilah terlatak Kabah yang menjadi arah solat umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Tak terkecuali dengan perjalanan umrah yang kami lakukan. Dari Surabaya kami terbang ke Jakarta. Perjalanan udara Jakarta-Jeddah ditempuh dalam 9 jam plus sekian menit dengan melewati empat zona waktu dan menggunakan jasa Garuda Indonesia. Anyway salut kepada manajemen Garuda Indonesia yang telah menerima anugerah 4-star airline dari Skytrax Airline Ranking(2). Kami tiba di Jeddah ± 21.30 waktu setempat untuk kemudian meneruskan perjalanan darat ke Madinah selama 6 jam. Sungguh melelahkan. Saya lebih banyak tidur selama perjalanan. Menjelang subuh kami tiba di Madinah dan bersama-sama kami membaca doa memasuki kota ini di bawah panduan ustad pembimbing kami. Ustad saya bercerita panjang lebar tentang sejarah kota ini, namun tidak banyak yang saya ingat. Yang saya ingat kami berpapasan dengan sebuah gunung yang kata ustad kelak akan ditempatkan di neraka. Gunung itu bernama Jabal Ir. Oh ya, kota ini bersama-sama kota Mekkah disebut tanah haram sebab hanya mereka yang beragama Islam yang diperkenankan melawat kota-kota ini. Kerlap-kerlip lampu dari kejauhan semakin membuat Madinah terlihat cantik di kala malam.

MADINAH AL-MUNAWARAH
Dahulu kota ini bernama Yastrib sesuai dengan nama pemimpinnya kala itu. Kemudian dinamakan Madinah Al-Munawarah yang berarti kota yang bercahaya. Nama ”Madinah” sendiri berarti ”kota” dalam bahasa Arab. Alhamdulillah kami dapat menunaikan solat Subuh berjamaah di Masjid Nabawi ketika kami tiba di sana. Selama ziarah di kota ini kami menginap di Hotel Radisson yang berjarak 2 menit berjalan kaki dari Masjid Nabawi. Below is the list of unmissable things during our stay in this City of Light:
* Solat berjamaah di Masjid Nabawi tercinta (it’s a MUST). Rugi banget datang jauh-jauh kalau tidak mengoptimalkan ibadah di sini.
* Ziarah ke makam Rasulullah SAW, makam sahabat beliau Abu Bakar r.a.
* Raudlah, tempat yang amat mustajabah untuk memohon sesuatu pada Allah SWT.
* Jabal Uhud beserta makam para syuhada yang gugur dalam Perang Uhud.
* Kebun kurma yang dilengkapi tempat membeli oleh-oleh. Mengerikan juga melihat nafsu para jamaah Indonesia dalam berbelanja. Tidak heran para pedagang Arab amat mencintai jamaah Indonesia he he .
* Mengambil miqat di masjid Bir Ali sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan rukun-rukun umrah selanjutnya.

Berada di kota ini sungguh merupakan sebuah pengalaman hidup yang tidak ternilai. Saya telah jatuh cinta dengan kota ini. Saya akan sangat merindukan keramahan penduduknya, tata kotanya yang harmonis, para pedagang jalanannya serta tentu saja Masjid Nabawi.

MAKKAH AL-MUKARRAMAH
Setelah 6 jam perjalanan darat dari Madinah tibalah kami di Mekkah menjelang tengah malam. Segera kami menunaikan thawaf, sa’i diakhiri dengan tahallul. Lengkaplah umrah yang kami lakukan, alhamdulillah. Unmissable things during our stay in Mecca:
* Solat berjamaah di Masjidil Haram. Solat di Masjidil Haram pahalanya berlipat ganda. Sekali solat di masjid ini sama dengan solat 100.000 kali di masjid lainnya yang setara dengan keutamaan solat selama 55 tahun, 6 bulan, dan 20 malam di masjid lain (1).
* Masjid Quba, masjid yang pertama kali didirikan Rasulullah SAW
* Padang Arafah, Muzdalifah, Mina dan Jabal Rahmah
* Menjelajahi suq-suq alias pasar yang ada di kota Mekkah.

JEDDAH
Nama Jeddah berarti nenek tua dalam bahasa Arab yang mengacu pada Siti Hawa. Konon setelah melanggar larangan memakan buah khuldi, Siti Hawa diturunkan di kota ini sedangkan Nabi Adam a.s. di Srilangka. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah setelah 40 tahun berpisah. Saat ini Jeddah menjelma sebagai kota pelabuhan dan kota industri terpenting di Kerajaan Saudi Arabia. Hampir semua barang-barang yang ada di Madinah atau Mekkah didatangkan dari sini. Di sini kami mengunjungi pusat perbelanjaan Balad yang terkenal. Namun ada toko yang paling laris yaitu toko Ali Murah. Alih-alih berbelanja saya lebih tertarik untuk masuk ke sebuah restoran Filipina yang masih berada dalam satu kompleks. Perjalanan dilanjutkan ke masjid terapung yang tersohor itu. Masjid ini dibangun oleh seorang janda kaya raaya bernama Siti Rahmah. Saking kayanya beliau ingin membangun sebuah masjid. Beliau diizinkan membangun masjid dengan syarat tidak terletak di atas tanah sebab menurut pemerintah Saudi urusan pembangunan mesjid seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Maka lahirlah ide untuk membangun masjid yang pondasinya terletak di atas pantai. Sempat kecewa juga sih sebab kami tidak mengunjungi kota tuanya Jeddah yang masuk dalam UNESCO World Heritage Tentative List (3).

Referensi:
(1). Zuhairi Misrawi. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2009.
(2). http://www.garuda-indonesia.com/news/2010/01/29/garuda-indonesia-certified-as-a-4-star-airline
(3). http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5085/











Saturday, March 6, 2010

Travelling to Lombok and Gili Trawangan

Lombok, Bali’s Reminiscence of The Past
Kamis, 25 Februari 2010
Matahari telah tenggelam dan gerimis mengguyur saat saya menginjakkan kaki di Bandara Selaparang setelah satu jam penerbangan dari Surabaya. Akhirnya untuk kali pertama saya di Lombok wew.. It feels amazing that I finally decided to come along on this trip arranged by mommy and her fellas. Seems to me I kinda challenge myself since my exam day is just a week away and concerning the fact that I haven’t done much as for the exam prep. But who cares? I can’t miss such a great chance unless I’m an idiot ha ha. The most lovely part of traveling with my parents is that all costs and charges will be at their expenses so I basically travel for free ;) Above all I’ve got enough of being a lonesome backpacker since my last trip to Bali which was pretty traumatic for a few particular reasons I won’t discuss here (apart from the shortage of money ha ha ;) Setelah itu dengan bus kami meluncur ke sebuah rumah makan bernama MM (or whatsoever) yang konon menyajikan hidangan ayam Taliwang dan pelecing kangkung paling yummy seantero Lombok. Usut punya usut ternyata “Taliwang” adalah nama desa di mana makanan ini pertama kali dipopulerkan, ini kata guide-nya lho. Jenis ayam yang dipakai untuk masakan ini adalah ayam-ayam yang masih brondong sehingga porsinya memang kecil (sepertinya disengaja deh supaya yang makan minta tambah terus he he). Kangkung untuk pelecing-nya seram euy. Batangnya besar-besar, daunnya panjang-panjang pula (feels like I’m a herbivore for a moment!!!).

Setelah bersantap malam kami menuju ke sebuah hotel di kawasan Senggigi di mana kami akan menginap selama di Lombok. Voila ternyata kami menginap di The Jayakarta Resorts and Hotel. Surprised banget mengingat saya jarang sekali menginap di hotel yang tergolong mewah. Dari brosur yang saya temui di kamar hotel, ternyata hotel The Jayakarta punya beberapa jaringan di Indonesia seperti di Anyer (Jawa Barat), Bali, bahkan di Pulau Komodo juga (wow..).

Jumat, 26 Feb
Acara kami hari ini adalah mengunjungi desa pusat kerajinan gerabah, tenun khas Lombok, desa tradisional Sade, Kuta, dan Puri Narmada. But the highlights are Sade and Kuta. Sebelum kami bersiar-siar, terlebih dahulu kami stase pagi gastro aka breakfast buffet di dining hall dari hotel. Wuih lagi-lagi seram euy hidangannya. Dijamin bisa bikin penderita diabetes mellitus tipe 1 atau 2 malas menunggu 15 menit sebelum insulin prandialnya starts to work. Nafsuin banget lah. Dari menu sarapan pagi ala Indon sampai ala Londo terhidang di sini. Wafelnya maknyus banget, but the omelet is rather disappointing. Overall saya yakin rasa menu-menu yang lain tidak dalam batas normal (enak banget maksudnya he he).

Sade adalah desa tradisional yang memang sengaja direservasi untuk menarik para wisatawan. Di sini wisatawan dapat menyaksikan lebih dekat serta mempelajari sedikit tentang budaya suku Sasak antara lain arsitektur dari lumbung padi, rumah penduduk (yang katanya lantainya dibersihkan dengan kotoran kerbau) dan balai pertemuan di mana masalah-masalah keseharian dicarikan solusi. Atap bangunan suku Sasak memiliki bentuk yang cute, mirip menara masjid. Saya baru tahu kalau Lombok itu dijuluki sebagai bumi seribu masjid sebab di samping mayoritas penduduknya adalah muslim yang taat banget, orang dengan mudah melihat masjid tersebar di mana-mana bahkan antara satu masjid dengan lainnya bisa hanya 100 meter jauhnya. Here mom’s just got me a georgeous woven sarong for Friday prayer. It’s homemade, she bought it for 40000 IDR.

Setelah itu kami menuju pantai Kuta yang terletak di bagian selatan dari Kabupaten Lombok Tengah. Oh God. who will love this beach not? Speechless. Pantai pasir putih membentang sejauh mata memandang dikelilingi bukit-bukit hijau yang kokoh dan terjal dengan laut yang hijau membiru. So picturesque. One has to see it on his own!! Recommended!! Pantainya masih alami banget, tapi fasilitas pendukungnya belum terbangun dengan baik.

Sabtu, 27 Februari 2010
Agenda hari ini: The most anticipated, the newly-rediscovered Gili Islands (yippee langsung deh All Saints – Pure Shore #nowplaying). Berhubung cuma sehari kami memutuskan untuk hanya berkunjung ke Gili Trawangan. Dalam bahasa Sasak kata “gili” berarti pulau kecil (Ind) aka islet (Eng) aka holm (Nor) aka la isla bonita (Esp or Madonnese). Gili-gili ini berada kurang lebih 5 km lepas pantai Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat dan dapat ditempuh selama 45 menit dengan perahu mesin. Sebenarnya tidak banyak aktifitas yang dapat dilakukan di gili-gili ini selain bersantai, berjemur, bermalas-malasan. Di Gili Trawangan orang berkesempatan untuk diving, snorkeling, atau menjajal beberapa permainan air seperti banana boat. Atmosfir di Gili Trawangan ini hedon banget deh, mirip dengan kawasan Legian atau Kuta di Bali. Di sini saya menyempatkan diri untuk bersepeda keliling pulau ini. Cukup dengan biaya sewa 30000 IDR per jam saya bisa berolahraga (siang bolong) sekaligus menikmati indahnya panorama alam. Recommended. Menurut saya orang belum ke Lombok deh jika belum sempat mampir ke gili-gili ini. Setelah puas berpanas-panas dan melihat lautan deux pièces kami kembali ke daratan Lombok untuk berjalan-jalan sore di Kota Mataram.

Hari ini kami makan malan di rumah makan Dirgahayu yang terletak di samping Mataram Mall dengan menu, apalagi jika bukan, ayam Taliwang dan pelecing kangkung (mbeeeeeek). Wow saya terkesan sekali dengan Kota Mataram. Kotanya tertata rapi. bersih, tapi bangunan-bangunannya sepertinya masih peninggalan tahun 70 atau 80-an. So old-fashioned yet charming. I’m particularly interested in the old quarter which is centered around Ampenan. The used-to-be-warehouses look so fantastic, simply remind me of those antique buildings scattered around the northern part of Surabaya. Mataram Mall ini satu-satunya tempat belanja yang trendi di NTB jadi harap maklum jika terjadi antrian mengular di kasir Hero seperti yang saya alami. Outlet makanan cepat saji yang ada antara lain McD, KFC, dan Pizza Hut. Pas mal ;)

Minggu, 28 Februari 2010
It’s still early in the morning, but we have to wake up to catch our morning flight. Hari ini saya berhasil membuat penerbangan terlambat take off 20 menit gara-gara nama yang tercantum di boarding pass tidak sama dengan yang tertera di KTP (ada pemeriksaan KTP lho di Bandara Selaparang). Ini sih kesalahan travel agent kami. Terpaksa membayar 750 ribu karena saya diharuskan “membeli” tiket lagi. But anyway tidak ada gading yang tak retak. Saya pulang dengan membawa memori indah di surga yang terlupakan ini ;) I’ll come back again here for sure in the near future ;)