Tanggal 25 April lalu dompet saya hilang. Dompet itu saya perkirakan jatuh di jalan dalam perjalanan pulang ke rumah kontrakan setelah saya membeli makan siang di sebuah kedai tahu lontong tidak jauh dari alun-alun kota Trenggalek. Saya benar-benar tidak sadar saat dompet itu jatuh. Yang pasti dia telah raib saat saya memarkir sepeda motor saya kembali di kontrakan. Sadar dompet saya tidak berada di saku, saya bergegas menyusuri kembali rute yang baru saja saya lalui dengan sepeda motor. Hasilnya nihil. Saya sudah susuri rute tersebut sebanyak TIGA kali yang melewati jalan Soekarno-Hatta ke utara memutari alun-alun kembali lagi ke selatan, belok ke timur melewati jalan Kartini (Pasar Pon), Kejaksaan Negeri Trenggalek. Kecewa, marah, takut, syok, cemas bercampur aduk menggelayuti pikiran saya. Padahal selisih waktu antara hilangnya dompet dan usaha saya untuk menelusuri kembali (saya sudah mengajak seorang teman dan termasuk bertanya ke sana-sini pada orang-orang di pinggir jalan) kurang dari lima menit. Jumlah uang dalam dompet itu tidak seberapa, hanya sekitar 25 ribu, tapi semua dokumen dan identitas diri bak lenyap ditelan bumi. Bersamanya saya kehilangan KTP, SIM A/C, STNK sepeda motor, dan sebuah kartu ATM Mandiri. Celaka dua belas. Sebetulnya saya pernah mengalami kejadian yang nyaris serupa sebulan sebelumnya, namun syukurlah ada orang yang berbaik hati berkenan mengirimkan dokumen-dokumen tersebut ke alamat saya di Surabaya. To err is really human, but c’mon once bitten twice shy gitu lho. Saya merasa benar-benar teledor. Saya memutuskan untuk untuk tidak langsung menelepon orang tua saya dengan harapan masih ada orang baik di luar sana yang bersedia menghubungi saya atau semacam itu lah. Saya hanya bercerita kepada teman-teman sekontrakan dan teman-teman di puskesmas tempat saya bekerja. Tak lupa saya segera bergegas menuju Bank Mandiri terdekat untuk melakukan pemblokiran (yang ternyata bisa dilakukan dengan menghubungi 14000). Sore hari teman saya yang sedang tugas jaga sore di UGD puskesmas menelepon saya bahwa ada salah satu bapak perawat yang bisa membantu saya menemukan dompet itu dengan bantuan seorang temannya yang memilki kemampuan cenayang. Pak perawat itu menginformasikan lewat telepon bahwa menurut penerawangan temannya dompet saya sebetulnya sudah ditemukan orang, hanya saja si penemu mengambil uang saja dan membuang dompet itu. Lokasi pembuangan ada di radius 100 meter dari pabrik pinus Gondorukem ke arah Pogalan di sisi Warung Kucur, di dekat pagar besi dan semak-semak. Saat itu hari sudah mendekati sore, antara percaya dan tidak, saya minta diantarkan ke lokasi tersebut. Bersama teman kontrakan kami menyusuri pinggir jalan seperti yang diinformasikan. Tapi percayalah itu seperti mencari jarum dalam tumpukan kapas. Kami meyudahi pencarian karena hari telah gelap dan turun gerimis. Hasil tetap nihil. Saya pun memutuskan segera menghubungi orang tua karena saya yakin sudah tidak ada titik terang. Esoknya kami melapor ke Polsek terdekat untuk minta dibuatkan surat laporan kehilangan. Tapi ternyata jika kita tidak punya fotokopi dokumen-dokumen tadi kita harus melampirkan fotokopi KSK, BPKB serta fotokopi buku tabungan (lebih baik jika kita ingat nomor ATM kita). Akhirnya saya terpaksa menunggu 2 hari lagi hingga kiriman dari Surabaya berisi fotokopi dokumen-dokumen yang diminta tersebut. Paling ribet adalah mengurus STNK yang hilang karena harus mencari nomor mesin dan nomor rangka dan mengarsirkannya pada lembaran yang disediakan oleh Samsat/Polda.
Saya terpaksa izin tidak bekerja dua hari untuk mengurus dokumen-dokumen tersebut di Surabaya. Dimulai dari KTP. Saya tiba di Surabaya dengan bus jam 7 malam tanggal 29 April, padahal KTP corner yang berada di Royal Plaza tutup jam 8 malam. Begitu sampai rumah, saya langsung mengeluarkan sepeda motor ayah saya dan berharap tidak ada razia polisi di jalan raya karena saya tidak punya dokumen lengkap. Atas kebaikan ibu-ibu petugas KTP corner saya bisa mendapat KTP baru tepat waktu. Esok Sabtu target saya adalah mengurus SIM A/C baru di Colombo, Perak dan STNK. Untuk pengurusan dokumen-dokumen ini kami meminta bantuan perantara. Yang jelas karena hari Sabtu Colombo hanya buka setengah hari, saya harus kembali Senin untuk foto. Untungnya SIM A/C selesaihari itu juga. Untuk STNK memang agak lama. Yang jelas hari itu juga saya segera kembali ke Trenggalek karena besok saya sudah harus kembali bekerja. Pelajaran yang bisa saya petik dari peristiwa dompet hilang ini yang jelas saya harus bisa lebih mandiri, lebih waspada terhadap barang pribadi. Selalu masukkan dompet ke dalam relung terdalam dari saku. Pisahkan dokumen-dokumen penting, jangan meletakkan mereka dalam satu wadah. Dokumen paling susah untuk dibuat lagi adalah STNK jadi waspadalah jangan sampai hilang.
Saya terpaksa izin tidak bekerja dua hari untuk mengurus dokumen-dokumen tersebut di Surabaya. Dimulai dari KTP. Saya tiba di Surabaya dengan bus jam 7 malam tanggal 29 April, padahal KTP corner yang berada di Royal Plaza tutup jam 8 malam. Begitu sampai rumah, saya langsung mengeluarkan sepeda motor ayah saya dan berharap tidak ada razia polisi di jalan raya karena saya tidak punya dokumen lengkap. Atas kebaikan ibu-ibu petugas KTP corner saya bisa mendapat KTP baru tepat waktu. Esok Sabtu target saya adalah mengurus SIM A/C baru di Colombo, Perak dan STNK. Untuk pengurusan dokumen-dokumen ini kami meminta bantuan perantara. Yang jelas karena hari Sabtu Colombo hanya buka setengah hari, saya harus kembali Senin untuk foto. Untungnya SIM A/C selesaihari itu juga. Untuk STNK memang agak lama. Yang jelas hari itu juga saya segera kembali ke Trenggalek karena besok saya sudah harus kembali bekerja. Pelajaran yang bisa saya petik dari peristiwa dompet hilang ini yang jelas saya harus bisa lebih mandiri, lebih waspada terhadap barang pribadi. Selalu masukkan dompet ke dalam relung terdalam dari saku. Pisahkan dokumen-dokumen penting, jangan meletakkan mereka dalam satu wadah. Dokumen paling susah untuk dibuat lagi adalah STNK jadi waspadalah jangan sampai hilang.
No comments:
Post a Comment