Alhamdulillah saya berkesempatan melakukan umrah ke tanah suci pada 10-18 Maret lalu. Thanks to mom who came along with me on the journey, I’d never have considered doing this without you! My appreciation also goes to Shafira for being our great travel agency and for their assistance. Perbedaan antara ibadah haji dan umrah terletak pada waktu dan manasiknya. Umrah dapat dikerjakan sepanjang tahun, sedangkan haji hanya boleh dikerjakan pada bulan-bulan tertentu. Manasik umrah meliputi: 1. Ihram; 2. Thawaf; 3. Sa’I; 4. Tahallul yang kesemuanya harus dilaksanakan secara tertib dan berurutan. Sedangkan manasik haji masih ditambah dengan wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, lempar jumrah dll yang pastinya lebih rumit dan memakan waktu lebih panjang(1).
Pada umumnya kegiatan ibadah maupun umrah berpusat pada tiga kota di Kerajaan Saudi Arabia. Jeddah, sebagai pintu gerbang utama karena lokasinya berbatasan dengan laut dan memiliki lapangan terbang internasional bernama King Abdul Aziz, selain itu jaraknya yang dekat dengan Mekkah (± 73 km) membuat kota ini semakin strategis. Madinah, as a birthplace of Islam, kota suci ke dua umat Islam sekaligus tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkam. Mekkah, sebagai puncak pelaksanaan ibadah karena di sinilah terlatak Kabah yang menjadi arah solat umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Tak terkecuali dengan perjalanan umrah yang kami lakukan. Dari Surabaya kami terbang ke Jakarta. Perjalanan udara Jakarta-Jeddah ditempuh dalam 9 jam plus sekian menit dengan melewati empat zona waktu dan menggunakan jasa Garuda Indonesia. Anyway salut kepada manajemen Garuda Indonesia yang telah menerima anugerah 4-star airline dari Skytrax Airline Ranking(2). Kami tiba di Jeddah ± 21.30 waktu setempat untuk kemudian meneruskan perjalanan darat ke Madinah selama 6 jam. Sungguh melelahkan. Saya lebih banyak tidur selama perjalanan. Menjelang subuh kami tiba di Madinah dan bersama-sama kami membaca doa memasuki kota ini di bawah panduan ustad pembimbing kami. Ustad saya bercerita panjang lebar tentang sejarah kota ini, namun tidak banyak yang saya ingat. Yang saya ingat kami berpapasan dengan sebuah gunung yang kata ustad kelak akan ditempatkan di neraka. Gunung itu bernama Jabal Ir. Oh ya, kota ini bersama-sama kota Mekkah disebut tanah haram sebab hanya mereka yang beragama Islam yang diperkenankan melawat kota-kota ini. Kerlap-kerlip lampu dari kejauhan semakin membuat Madinah terlihat cantik di kala malam.
MADINAH AL-MUNAWARAH
Dahulu kota ini bernama Yastrib sesuai dengan nama pemimpinnya kala itu. Kemudian dinamakan Madinah Al-Munawarah yang berarti kota yang bercahaya. Nama ”Madinah” sendiri berarti ”kota” dalam bahasa Arab. Alhamdulillah kami dapat menunaikan solat Subuh berjamaah di Masjid Nabawi ketika kami tiba di sana. Selama ziarah di kota ini kami menginap di Hotel Radisson yang berjarak 2 menit berjalan kaki dari Masjid Nabawi. Below is the list of unmissable things during our stay in this City of Light:
* Solat berjamaah di Masjid Nabawi tercinta (it’s a MUST). Rugi banget datang jauh-jauh kalau tidak mengoptimalkan ibadah di sini.
* Ziarah ke makam Rasulullah SAW, makam sahabat beliau Abu Bakar r.a.
* Raudlah, tempat yang amat mustajabah untuk memohon sesuatu pada Allah SWT.
* Jabal Uhud beserta makam para syuhada yang gugur dalam Perang Uhud.
* Kebun kurma yang dilengkapi tempat membeli oleh-oleh. Mengerikan juga melihat nafsu para jamaah Indonesia dalam berbelanja. Tidak heran para pedagang Arab amat mencintai jamaah Indonesia he he .
* Mengambil miqat di masjid Bir Ali sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan rukun-rukun umrah selanjutnya.
Berada di kota ini sungguh merupakan sebuah pengalaman hidup yang tidak ternilai. Saya telah jatuh cinta dengan kota ini. Saya akan sangat merindukan keramahan penduduknya, tata kotanya yang harmonis, para pedagang jalanannya serta tentu saja Masjid Nabawi.
MAKKAH AL-MUKARRAMAH
Setelah 6 jam perjalanan darat dari Madinah tibalah kami di Mekkah menjelang tengah malam. Segera kami menunaikan thawaf, sa’i diakhiri dengan tahallul. Lengkaplah umrah yang kami lakukan, alhamdulillah. Unmissable things during our stay in Mecca:
* Solat berjamaah di Masjidil Haram. Solat di Masjidil Haram pahalanya berlipat ganda. Sekali solat di masjid ini sama dengan solat 100.000 kali di masjid lainnya yang setara dengan keutamaan solat selama 55 tahun, 6 bulan, dan 20 malam di masjid lain (1).
* Masjid Quba, masjid yang pertama kali didirikan Rasulullah SAW
* Padang Arafah, Muzdalifah, Mina dan Jabal Rahmah
* Menjelajahi suq-suq alias pasar yang ada di kota Mekkah.
JEDDAH
Nama Jeddah berarti nenek tua dalam bahasa Arab yang mengacu pada Siti Hawa. Konon setelah melanggar larangan memakan buah khuldi, Siti Hawa diturunkan di kota ini sedangkan Nabi Adam a.s. di Srilangka. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah setelah 40 tahun berpisah. Saat ini Jeddah menjelma sebagai kota pelabuhan dan kota industri terpenting di Kerajaan Saudi Arabia. Hampir semua barang-barang yang ada di Madinah atau Mekkah didatangkan dari sini. Di sini kami mengunjungi pusat perbelanjaan Balad yang terkenal. Namun ada toko yang paling laris yaitu toko Ali Murah. Alih-alih berbelanja saya lebih tertarik untuk masuk ke sebuah restoran Filipina yang masih berada dalam satu kompleks. Perjalanan dilanjutkan ke masjid terapung yang tersohor itu. Masjid ini dibangun oleh seorang janda kaya raaya bernama Siti Rahmah. Saking kayanya beliau ingin membangun sebuah masjid. Beliau diizinkan membangun masjid dengan syarat tidak terletak di atas tanah sebab menurut pemerintah Saudi urusan pembangunan mesjid seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Maka lahirlah ide untuk membangun masjid yang pondasinya terletak di atas pantai. Sempat kecewa juga sih sebab kami tidak mengunjungi kota tuanya Jeddah yang masuk dalam UNESCO World Heritage Tentative List (3).
Referensi:
(1). Zuhairi Misrawi. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2009.
(2). http://www.garuda-indonesia.com/news/2010/01/29/garuda-indonesia-certified-as-a-4-star-airline
(3). http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5085/
Pada umumnya kegiatan ibadah maupun umrah berpusat pada tiga kota di Kerajaan Saudi Arabia. Jeddah, sebagai pintu gerbang utama karena lokasinya berbatasan dengan laut dan memiliki lapangan terbang internasional bernama King Abdul Aziz, selain itu jaraknya yang dekat dengan Mekkah (± 73 km) membuat kota ini semakin strategis. Madinah, as a birthplace of Islam, kota suci ke dua umat Islam sekaligus tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkam. Mekkah, sebagai puncak pelaksanaan ibadah karena di sinilah terlatak Kabah yang menjadi arah solat umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Tak terkecuali dengan perjalanan umrah yang kami lakukan. Dari Surabaya kami terbang ke Jakarta. Perjalanan udara Jakarta-Jeddah ditempuh dalam 9 jam plus sekian menit dengan melewati empat zona waktu dan menggunakan jasa Garuda Indonesia. Anyway salut kepada manajemen Garuda Indonesia yang telah menerima anugerah 4-star airline dari Skytrax Airline Ranking(2). Kami tiba di Jeddah ± 21.30 waktu setempat untuk kemudian meneruskan perjalanan darat ke Madinah selama 6 jam. Sungguh melelahkan. Saya lebih banyak tidur selama perjalanan. Menjelang subuh kami tiba di Madinah dan bersama-sama kami membaca doa memasuki kota ini di bawah panduan ustad pembimbing kami. Ustad saya bercerita panjang lebar tentang sejarah kota ini, namun tidak banyak yang saya ingat. Yang saya ingat kami berpapasan dengan sebuah gunung yang kata ustad kelak akan ditempatkan di neraka. Gunung itu bernama Jabal Ir. Oh ya, kota ini bersama-sama kota Mekkah disebut tanah haram sebab hanya mereka yang beragama Islam yang diperkenankan melawat kota-kota ini. Kerlap-kerlip lampu dari kejauhan semakin membuat Madinah terlihat cantik di kala malam.
MADINAH AL-MUNAWARAH
Dahulu kota ini bernama Yastrib sesuai dengan nama pemimpinnya kala itu. Kemudian dinamakan Madinah Al-Munawarah yang berarti kota yang bercahaya. Nama ”Madinah” sendiri berarti ”kota” dalam bahasa Arab. Alhamdulillah kami dapat menunaikan solat Subuh berjamaah di Masjid Nabawi ketika kami tiba di sana. Selama ziarah di kota ini kami menginap di Hotel Radisson yang berjarak 2 menit berjalan kaki dari Masjid Nabawi. Below is the list of unmissable things during our stay in this City of Light:
* Solat berjamaah di Masjid Nabawi tercinta (it’s a MUST). Rugi banget datang jauh-jauh kalau tidak mengoptimalkan ibadah di sini.
* Ziarah ke makam Rasulullah SAW, makam sahabat beliau Abu Bakar r.a.
* Raudlah, tempat yang amat mustajabah untuk memohon sesuatu pada Allah SWT.
* Jabal Uhud beserta makam para syuhada yang gugur dalam Perang Uhud.
* Kebun kurma yang dilengkapi tempat membeli oleh-oleh. Mengerikan juga melihat nafsu para jamaah Indonesia dalam berbelanja. Tidak heran para pedagang Arab amat mencintai jamaah Indonesia he he .
* Mengambil miqat di masjid Bir Ali sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan rukun-rukun umrah selanjutnya.
Berada di kota ini sungguh merupakan sebuah pengalaman hidup yang tidak ternilai. Saya telah jatuh cinta dengan kota ini. Saya akan sangat merindukan keramahan penduduknya, tata kotanya yang harmonis, para pedagang jalanannya serta tentu saja Masjid Nabawi.
MAKKAH AL-MUKARRAMAH
Setelah 6 jam perjalanan darat dari Madinah tibalah kami di Mekkah menjelang tengah malam. Segera kami menunaikan thawaf, sa’i diakhiri dengan tahallul. Lengkaplah umrah yang kami lakukan, alhamdulillah. Unmissable things during our stay in Mecca:
* Solat berjamaah di Masjidil Haram. Solat di Masjidil Haram pahalanya berlipat ganda. Sekali solat di masjid ini sama dengan solat 100.000 kali di masjid lainnya yang setara dengan keutamaan solat selama 55 tahun, 6 bulan, dan 20 malam di masjid lain (1).
* Masjid Quba, masjid yang pertama kali didirikan Rasulullah SAW
* Padang Arafah, Muzdalifah, Mina dan Jabal Rahmah
* Menjelajahi suq-suq alias pasar yang ada di kota Mekkah.
JEDDAH
Nama Jeddah berarti nenek tua dalam bahasa Arab yang mengacu pada Siti Hawa. Konon setelah melanggar larangan memakan buah khuldi, Siti Hawa diturunkan di kota ini sedangkan Nabi Adam a.s. di Srilangka. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah setelah 40 tahun berpisah. Saat ini Jeddah menjelma sebagai kota pelabuhan dan kota industri terpenting di Kerajaan Saudi Arabia. Hampir semua barang-barang yang ada di Madinah atau Mekkah didatangkan dari sini. Di sini kami mengunjungi pusat perbelanjaan Balad yang terkenal. Namun ada toko yang paling laris yaitu toko Ali Murah. Alih-alih berbelanja saya lebih tertarik untuk masuk ke sebuah restoran Filipina yang masih berada dalam satu kompleks. Perjalanan dilanjutkan ke masjid terapung yang tersohor itu. Masjid ini dibangun oleh seorang janda kaya raaya bernama Siti Rahmah. Saking kayanya beliau ingin membangun sebuah masjid. Beliau diizinkan membangun masjid dengan syarat tidak terletak di atas tanah sebab menurut pemerintah Saudi urusan pembangunan mesjid seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Maka lahirlah ide untuk membangun masjid yang pondasinya terletak di atas pantai. Sempat kecewa juga sih sebab kami tidak mengunjungi kota tuanya Jeddah yang masuk dalam UNESCO World Heritage Tentative List (3).
Referensi:
(1). Zuhairi Misrawi. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2009.
(2). http://www.garuda-indonesia.com/news/2010/01/29/garuda-indonesia-certified-as-a-4-star-airline
(3). http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5085/
No comments:
Post a Comment